ABSTRAK. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa tokoh terpelajar yang menuturkan tindak tutur ekspresif dengan bahasa disfemisme dalam beberapa acara diskusi di televisi. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana representasi tindak tutur ekspresif dengan bahasa disfemisme yang dituturkan para tokoh terpelajar tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teori tindak tutur yang diutarakan Brown dan Levinson dan kesantunan berbahasa Leech. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa tindak tutur ekspresif dengan bahasa disfemisme dituturkan oleh para peserta debat ketika diskusi berubah menjadi perdebatan panas. Tindak tutur tersebut diekspresikan dengan bahasa sarkasme yang melanggar maksim penghargaan. Tindak tutur ekspresif yang tidak beretika tersebut berpotensi mencoreng muka lawan debat serta merusak integritas si penutur itu sendiri.

Kata Kunci. Tindak Tutur Ekspresif, Etika, Disfemisme, Maksim Kesantunan

ABSTRACT. This research is motivated by several educated figures who convey expressive speech acts using dysphemism in several discussion programs on television. Based on this background, the purpose of this research is to explain how expressive speech acts are represented using dysphemistic language spoken by these learned figures. This study uses a qualitative approach with the theory of speech acts expressed by Brown and Levinson and politeness in Leech's language. Based on the results of the analysis it was found that expressive speech acts with dysphemism were spoken by the debate participants when the discussion turned into a hot debate. The speech act is expressed in sarcasm which violates the maxim of appreciation. Such unethical expressive speech acts have the potential to tarnish the face of the debate opponent and damage the integrity of the speaker himself.

Keywords. Expressive Speech Acts, Ethics, Dysphemism, Politeness Maxims